Makalah Model Model Perubahan Organisasi Bimbingan Konsling Islam



BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
        Hal pertama yang kita perlukan dalam studi tentang organisasi adalah definisi tentang apa yang di maksud dengan suatu organisasi. James L. Gibson c.s menyatakan bahwa “Organisasi-organisasi merupakan entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin di laksanakan oleh individu-individu yang bertindak secara           sendiri“.
Menurut Winardi Organisasi adalah merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, di antara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan di mana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan. Organisasi adalah wadah yang memungkinakan masyarat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat di capai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain      sasaran .
Pengorganisasian dalam Bimbingan dan konseling berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Maka oleh karena itu pihak manajemen perlu menetapkan tugas-tugas apa yang perlu di laksanakan, siapa yang harus melaksanakannya, dan siapa yang akan mengambil keputusan keputusan tentang tugas itu. Dalam pelaksanaannya, banyak kondisi mempengaruhi bagaimana pengorganisasian itu di           laksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Bagaimana model model perubahan organisasi ?
  2. Bagaimanakan sekolah sebagai suatu sistem dan BK sebagi sub sistem ?
  3. Bagaimanakah penilaian dan penyusunan kebutuhan program siswa maupun konteks lingkungan


BAB II
PEMBAHASAN
  1. MODEL MODEL PERUBAHAN ORGANISASI
                    Perubahan Organisasi merupakan modifikasi substantif pada beberapa bagian organisasi. Perubahan itu dapat melibatkan hampir semua aspek dari organisasi, seperti jadwal pekerjaan, dasar untuk departementalisasi, rentang manajemen, mesin-mesin, rancangan organisasi, dan sebagainya.
Secara umum ada dua jenis perubahan dalam organisasi.
  1. Perubahan Terencana
               Perubahan terencana adalah perubahan yang dirancang dan diimplementasikan secara berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari peristiwa di masa mendatang.
  1. Perubahan Reaktif
                Perubahan reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.
Model-model Perubahan Organisasi program adalah sebagai berikut :
  1. Model Perubahan Lewin
                  Kurt Lewin mengembangkan tiga tahap model perubahan yang meliputi bagaimana mengambil inisiatif perubahan, mengelola dan menyetabilkan proses perubahan itu sendiri.
  1. Model Perubahan Kreitner dan Kinicki
                     Model perubahan yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki adalah model perubahan dengan pendekatan sistem. Dalam model perubahan ini ditawarkan kerangka kerja untuk menggambarkan kompleksitas perubahan organisasional. Pendekatan sistem yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki meliputi komponen yang terdiri atas input, unsur-unsur yang hendak dirubah (target element of change) dan output. Ketiga komponen tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Input merupakan faktor yang mendorong terjadinya proses perubahan. Semua perubahan yang bersifat organisasional harus konsisten dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Disamping itu juga melihat kemampuan dan potensi yang dimiliki. Dan juga meninjau ancaman dari dalam dan dari luar.
                     Unsur yang hendak dirubah dalam model ini meliputi aturan organiasasi, fakor sosial, metode, desain kerja dan teknologi dan asek manusia. Adapun yang menjadi output dan hasil akhir dalam model perubahan ini adalah perubahan di semua level organisasi, perubahan di semua level kelompok atau departemen, dan perubahan individual.
  1. Model Perubahan Tyagi
                      Model perubahan merupakan model erubahan sistem yang lebih menekankan pada peran kekuatan agen perubah dalam mengelola perubahan. Sedangkan dalam tahap implementasi menekankan pentingnya transition management. Transition management merupakan suatu proses yang sistematis yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan implementasi perubahan dari kondisi sekarang menuju perubahan yang diharapkan.
                Komponen perubahan yang dikemukakan oleh Tyagi meliputi: adanya kekuatan penuh, mengetahui permasalahan yang hendak dirubah, proses penyelesaian masalah, mengimplementasikan perubahan. Terakhir adalah menilai, mengawasi dan mengevaluasi hasil perubahan.
  1. Model untuk mengelola Perubahan Organisasi ( Robbins)
                      Perubahan diprakarsai oleh kekuatan tertentu. Kekuatan tersebut dijalankan di dalam organisasi oleh seorang agen perubahan. Agen tersebut memilih tindakan intervensinya, artinya ia memilih apa yang harus diubah. Pelaksanaan dari intervensi tersebut terdiri dari dua bagian: apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Bagian apa membutuhkan tiga langkah: mencairkan (unfreezing) keadaan status quo, bergerak ke suatu keadaan yang baru, dan membekukan kembali prefreezing keadaan yang baru untuk menjadikannya permanen. Bagian bagaimana merujuk pada taktik yang digunakan oleh agen tersebut untuk melaksanakan proses perubahan bersangkutan. Perubahan pada suatu bidang dari organisasi kemungkinan akan mendorong timbulnya kekuatan baru untuk perubahan lainnya.
  1.  SEKOLAH SEBAGAI SISTEM DAN BK SEBAGAI SUB SISTEM
    1. Sekolah Sebagai Sistem
                   Sekolah sebagai sistem yaitu sekolah  memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses, dan output. Input sekolah berupa manusia yaitu siswa, guna dididik, dilatih, dibimbing dan dikembangkan segala potensi yang dimiliki agar menjadi manusia seutuhnya, selain itu input sumber daya sekolah yaitu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lain sebagai pendidik,pelatih dan pembimbing. Uang, merupakan komponen yang sangat penting guna memperlancar proses. Material atau bahan-bahan sebagai penunjang proses  pembelajaran di sekolah, lalu metode-metode,  cara-cara  atau teknik dan strategi pembelajaran dalam mengatasi dan mempermudah proses tranfer ilmu dan pembelajaran dengan berbagai macam karaktristik dari peserta didik. Serta yang tidak kalah penting yaitu mesin  berupa alat-alat dan teknologi seperti media elektronik, mobil dan media lain guna media pendukung serta objek pembelajaran.
                Sekolah sebagai sebuah sistem adalah mencakup beberapa komponen, dimana masing-masing komponen terdiri atas beberapa faktor. Antara satu dengan lainnya saling terkait sehingga membentuk sebuah sistem.
    1. Bk sebagai sub sistem
                  Pola ini didasarkan atas pemikiran bahwa bimbingan merupakan suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Sistem bimbingan dan konseling merupakan sub sistem pendidikan, yang saling berhubungan dan bekerja sama pula untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.Sehubungan dengan pola ini, Downing (1968) menegaskan bahwa “The guidance is an integral part of elements withing that program.”
Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Fungsi pokok bimbingan dan konseling adalah mengusahakan terselenggaranya suasana kampus dan suasana belajar mengajar yang sehat dan sejahtera.Titik berat orientasinya ditujukan kepada para peserta didik yang sedang mengalami masalah maupun tidak (Guidance for all).
  2. Perlu dibentuk lembaga bimbingan dan konseling yang dikelola oleh tenaga yang profesional disamping dibantu oleh tenaga pengajar (staf educatif).
  3. Kerja bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya di ruang bimbingan dan konseling,tetapi program bimbingan dapat dilaksanakan di mana saja baik di fakultas,di muka kelas dan lain sebagainya.
  4. Pendekatan bimbingan bersifat operasional,mempunyai jangkauan yang cukup luas dan bersifat, pemahaman, pencegahan, pengentasan dan pengembangan.
Adapun kebaikan dari pola Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :
  1. Bimbingan tidak terpisahkan dari proses dan program pendidikan, karena ia merupakan sub sistem pendidikan yang eksistensinya tidak dapat diragukan lagi.
  2. Seluruh personil pendidikan,baik sebagai guru / dosen, maupun tenaga administrasi disamping tenaga / guru pembimbing itu sendiri berperan aktif dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
  3. Seluruh siswa mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun kelemahan Bimbingan dan konseling sebagai sub sistem pendidikan adalah sebagai berikut :
  1. Konsep pola ini sangat ideal akan tetapi petunjuk operasional sering kurang jelas,sehingga pelaksanaannya sering menemukan kesulitan.
  2. Bila job discription kurang baik,maka akan sering terjadi kesimpang siuran (overlopping) antara fungsi kepala sekolah atau pimpinan perguruan tinggi dengan guru / dosen pembimbing.
  3. Dari kelima pola yang telah dikemukakan di atas dapat pula dijumpai variasi-variasi yang menggabungkan satu pola dengan pola lainnya.



3.  PENILAIAN DAN PENYUSUNAN KEBUTUHAN PROGRAM SISWA MAUPUN KONTEKS LINGKUNGAN
                 Landasan atau dasar program merupakan suatu keputusan awal dan menentukan yang harus diambil oleh pemegang kebijakan pendidikan di sekolah bagi terwujudnya suatu program bimbingan dan konseling sekolah. Merancang keputusan dasar yang kuat memerlukan usaha kerjasama semua unsur dan personel sekolah, termasuk dengan orang tua dan masyarakat, sehingga program bimbingan dan konseling bisa diterima dan memberikan manfaat bagi semua siswa. Dengan demikian, selama tahap pengembangan program bimbingan dan konseling, para stakeholder hendaknya bermusyawarah untuk menentukan filosofi, misi dan fungsi dan isi keseluruhan program. Dasar pengembangan program yang lengkap merupakan hal yang sangat penting untuk memastikan bahwa program bimbingan dan konseling sekolah menjadi suatu bagian utuh dari seluruh program pendidikan untuk keberhasilan para siswa.
Proses penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dilakukan melalui delapan tahap aktivitas, yaitu :
  1. Mengkaji kebijakan dan produk hukum yang relevan;
  2. Menganalisis harapan dan kondisi sekolah;
  3. Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa;
  4. Menganalisis program, pelaksanaan, hasil, dukungan serta faktor-faktor penghambat program sebelumnya;
  5. Merumuskan tujuan program baik umum maupun khusus;
  6. Merumuskan alternatif komponen dan isi kegiatan;
  7. Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program, dan
  8. Merumuskan rencana evaluasi pelaksanaan dan keberhasilan program
                   Program bimbingan dan konseling merupakan rancangan aktivitas dan kegiatan yang akan memfasilitasi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Artinya, program bimbingan dan konseling di sekolah harus menyediakan sistem layanan yang bermanfaat bagi kemajuan akademik, karir dan perkembangan pribadi-sosial para siswa dalam menyiapkan dan menghadapi tantangan masa depan dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan bangsanya di masa depan. Berdasarkan itu semua, maka semua pemegang kebijakan pendidikan di sekolah lebih memahami karakteristik dan kebutuhan siswa yang merupakan subjek layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
                 Data atau informasi tentang karakteristik dan kebutuhan siswa merupakan komponen atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan tujuan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Data yang sudah terkumpul  perlu dianalisis secara cermat dan komprehensip (menyeluruh), untuk kemudian ditafsirkan dan diimplementasikan dalam beberapa alternatif rencana program bimbingan dan konseling di sekolah. Alternatif program tersebut harus dievaluasi dan dipilih mana yang memiliki peluang paling besar untuk mencapai tujuan, tetapi paling hemat dalam menggunakan tenaga, waktu, dan biayanya
  1. MODEL-MODEL PENILAIAN KEBUTUHAN PROGRAM
    1. Model penyusunan program konvensial
    2. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah siswa
    3. Menentukan karakteristik sekolah
    4. Menentukan skala prioritas
    5. Menentukan program tahunan
    6. menentukan program semesteran
    7. Menentukan program bulanan, mingguan dan harian.
    8. Model penyusunan program bimbingan dan konseling beraasarkan planning, programming, bidgeting, dan system (PPBS)
    3.     Model penyususnan program bimbingan dan konseling komprehensif
                Dalam penyusunan program konvensional atau berdasarkan KTSP, need assement hanya didasarkan pada assessment peserta didik, sedangkan dalam program bimbingan dan konseling komprehensif kegiatan assemnt mencangkup keduanya yaitu need assessment peserta didik dan need assessment lingkungan. 
    4.   Prinsif-Prinsif Penulisan Tujuan Program  
           Organisasi adalah wadah kita bersama untuk meringankan kerja-kerja yang sulit jika di lakukan sendiri-sendiri, juga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan akan rasa aman, nyaman, rasa menghargai dan dihargai, rasa kasih sayang, ( contoh : dengan berorganisasi siapa tahu bisa dapat pacar, atau minimal teman curhat yang dapat dipercaya ), bahkan kebutuhan ekonomi seperti makan, ataupun penghasilan tambahan (jika organisasinya memang menyediakan itu, misalnya LSM). Dan yang paling penting adalah pewadahan massa (orang banyak) dalam melakukan perjuangan-perjuangan ekonomi, sosial maupun   politik. 
Prinsip dari organisasi adalah alat atau wadah untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Di dalamnya ada berbagai macam kegiatan atau program yang dibuat untuk kemudian dilaksanakan secara kolektif atau bersama-sama sesuai dengan visi dan misi yang diusungnya. 
Prinsip-prinsip yang ada dalam organisasi
 Menurut Roco Carzo, o asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi sebagai berikut :
  1. Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa tujuan yang jelas yang benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang dicita-cita orang-orang yang berada diorganisasi tersebut.
  1. Skala Hirarki
Skala Hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan disetiap bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa banyak bawahan dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu sebuah organisasi. Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan pembantu kepala sekolah dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya bisa memerintah bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur di manapun organisasi itu berdiri
  1. Kesatuan perintah/komando
SUntuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di pucuk pimpinan tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang bisa memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk desentralisasi, pembantu kepala sekolah atau guru yang mempunyai peran mengkomandokan bagian kekuasaan.

  1. Pelimpahan wewenang
Dalam hal ini, ada dua pelimpahan wewenang, yakni :
  • Secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK)
  • Secara sementara yang sifatna dadakan. Contoh kepala sekolah berhalangan menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UIN, amak yang berhak menggantikan adalah PKS I yang sifatnya sementara.
  1. Pertanggung Jawaban
Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Juga bertanggung jawab atas kemajuan organisasi kepada bawahannya. Jadi semua pihak bertanggung jawab pada setiap apa yang dia kerjakan.
  1. Pembagian pekerjaan
Pembagian Pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan yang ada dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang disuaikan dengan keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu dikelompokkan dan ditentukan agar lebih efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
  1. Rentang pengendalian
Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah bawahan yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu tingkat-tingkat kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atasan.
  1. Fungsional
Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas tugas dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.


  1. Pemisahan
Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu yang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain. Kecuali ada hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.
  1. Keseimbangan
Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan.
  1. Flexibelitas
Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung pada dinamika kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan perlu diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
  1. Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua aktivitas dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab atas kemajuan dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi manajemen akan dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan dianggap sebagai inti dari organisasi ataupun manajemen.
Secara umum tujuan organisasi merupakan keadaan atau tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi di waktu yang akan datang melalui kegiatan organisasi.Untuk mencapai tujuan dalam organisasi, pelaku (orang) dalam organisasi diharapkan untuk mendesain ataupun me-manage organisasinya dengan matang agar organisasi dapat berjalan dengan baik




BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
Organisasi berusaha mempermudah manusia dalam menjalani hidup didunia dengan memanfaatkan segela kelebihan yang terdapat di dalam organisasi. Untuk menyelesaikan masalah, ketika dipikirkan orang banyak, maka segala masalah apapun akan mudah terselesaikan, disbanding satu orang yang memikirkannya. Satu demi satu persoalan akan selesai, tatkala dikerjakan secara gotong royong. Tak salah pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Faktor penentu terbentuknya organisasi adalah manusia sedangkan faktor yang berkaitan dengan kerja adalah kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempenaruhi orang lain dan kemampuan melaksanakan asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi.
Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhanya telah menghadapkan manusia untuk hidup berorganisasi. hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi, sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berhimpun dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih mempunyai hakikat yang bermakna. Hakikat organisasi pada dasarnya berorientasi terhadap aspirasi dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi. Hakikat organisasi menjadi pondasi dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan hakikat maka perlu dipertanyakan kontinuitas dari organisasi tersebut.



DAFTAR PUSTAKA
http://4stoety.wordpress.com/2011/09/30/Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.



0 Komentar