KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kami dan seijin_Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman teman yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM untuk bahan diskusi, tahun ajaran 2012/2013
Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan berlapang dada sekali apabila ibu dosen pembimbing, teman teman serta para pembecara untuk memberikan saran dan keritiknya.
Sekian terima kasih.
Sungai Penuh, 29 OKT 2012
Penulis
Kelompok
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ 1
Daftar
Isi....................................................................................................................... 2
BAB
I
PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
BAB
II
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
A.
JABARIYAH.......................................................................................................... 4
1.Asal
usul pertumbuhan jabariyah........................................................................... 4
2.Para
pemuka dan doktrin-doktrin jabariyah........................................................ 6
B.
QADARIYAH……………………………………………………………………11
BAB
III
PENUTUP................................................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam
paham-paham yang dianut oleh masyarakat kita.Semua itu terjadi bukan karena
beragamnya Islam sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai
penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga
menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini. Tak
ayal sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut
paham lainnya.
Pengetahuan tentang paham-paham yang beredar di
Indonesia unumnya ataupun sekeliling kita.Khususnya, haruslah kita mampu
mengetahuinya bukan untuk mengendorkan iman kita tapi untuk menambah iman kita.
Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan kataqwaan yang
mampu menyelamatkan kita dan mampu membawa kita bertemu dengan Dzat yang selalu
kita harapkan untuk bertemu dengannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dinamakan paham Qodariyah dan
bagaimankah pemikiran teologinya
2. Apakah yang dinamakan paham jabariyah dan
bagaimanakah pemikiran teologinya
C. Tujuan
1.
Dapat memahami paham Qodariyah dan menyebutkan
pemikiran teologinya.
2.
Dapat memahami paham Jabariyah dan menyebutkan pemikiran
teologinya.
BAB II
PEMBAHASAN
JABARIYAH DAN QADARIAH
A.
JABARIAH
1.
Asal
usul pertumbuhan jabariah
Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Di dalam al-munjid, Di jelaskan bahwa nama jabaryiah
berasal dari kata jabara yang
mengandung arti memaksadan mengharuskan
nya melakukan sesuatu.
Kata jabara (Bentuk pertama), setelah di
tarik menjadi jabariyah (Dengan
menambah ya nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran.
Dalam Bahasa inggris ,jabariyahdisebut fatalism yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah
di tentukan dari semula oleh qadha dan qadhar Tuhan.
Untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai asal-usul kemunculan dan perkembangan jabariyah , perlu
di jelaskan mengenai orang yang melahirkan dan menyebarluaskan faham al-jabar dan dalam situasi apa saja faham ini muncul.
Faham Al-jabar pertma kali di perkenalkan oleh
ja’d bin dirham. Kemudian di sebarkan
oleh jahm bin shafwan dari khurasan.faham
al-jabar ini di kembangkan oleh tokoh
lain nya di antara nya alhusein bin
Muhammad , an-najar, dan ja’d bin dirrar.
Mengenai
kemunculan faham al-jabar ini, para
ahli sejarah pikiran mengkaji nya melalui pendekatan geokultural bangsa arab.
Di antara ahli yang di maksud ialah ahmad
amin.
Ia menggambarkan bahwa kehidupan
bangsa arab yang di kungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh besar
ke dalam cara hidup mereka, ketergantungan mereka kepada alam sahara
memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.
Lebih lanjut
harun nasution , menjelaskan bahwa dalam situasi demikian, masyarakat arab
tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling meeka sesuai dengan
keinginan nya sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran
hidup.Akhir nya, mereka banyak bergantung pada kehendak alam.
Sebenar
nya benih-benih faham al-jabarsudah
muncul jauh sebelum kedua tokoh di atas, benih-benih itu terlihat dalam
peristiwa sejarah berikut ini :
a.
Suatu ketika nabi menjumpai sahabat nya,
yang sedang bertengkar dalam masalah takdir tuhan .nabi melarang mereka untuk
memperdebatkan masalah tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran
tentang ayat-ayat tuhan mengenai takdir.
b.
Khalifah umar bin khattab pernah
menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika di interogasi, pencuri
berkata : “Tuhan telah menentukan aku mencuri”. Mendengar ucapan itu, umar
marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan.
c.
Oleh karena itu, umar memberikan 2 jenis
hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan karena mencuri.
Kedua, hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.
Paparan di atas
menunjukkan bahwa bibit faham al-jabar telah muncul sejak awal periode
islam.namun al-jabar sebagai suatu
pola pikir atau aliran yang di anut, di pelajari dan di kembangkan , baru
terjadi pada masa pemerintahan daulah bani umayyah, yakni oleh kedua tokoh yang
telah di sebutkan di atas.
Berkaitan dengan
kemunculan aliaran jabariyah ada yang
mengatakan bahwa kemunculan nya di akibt kan oleh pengaruh pemikiran orang
asing, yaitu pengaruh agama yahudi. Dan agam Kristen. Namun pengaruh asing itu
faham al-jabar akan muncul juga di kalangan umat islam. Di
dalam al-quran sendiri terdapat ayat yang menimbulkan faham ini, missal nya :
ª!$#urö/ä3s)n=s{$tBurtbqè=yJ÷ès?ÇÒÏÈ
96. Padahal Allah-lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
$tBurtbrâä!$t±n@HwÎ)br&uä!$t±oª!$#4¨bÎ)©!$#tb%x.$¸JÎ=tã$VJÅ3ymÇÌÉÈ
30. Dan kamu tidak mampu
(menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
öNn=sùöNèdqè=çFø)s? ÆÅ3»s9ur©!$#óOßgn=tGs%4$tBur|MøtBuøÎ)|MøtBu ÆÅ3»s9ur©!$#4tGu4uÍ?ö7ãÏ9urúüÏZÏB÷sßJø9$#çm÷ZÏB¹äIxt/$·Z|¡ym4cÎ)©!$#ììÏJyÒOÎ=tæÇÊÐÈ
17. Maka (yang
sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh
mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah
yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk
memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang
baik.Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
2.
Para pemuka jabariyah dan
doktrin-doktrin nya
Menurut asy-syahratsani , jabariyah dapat di kelompok kan menjadi dua
bagian.


Doktrin
jabariyah ekstrim adalah pendapat nya bahwa segala perbuatan manusia bukan
merupakan perbuatan yang timbul dari kemauan nya sendiri, tetapi perbuatan yang
di paksakan atas diri nya.
Di antara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut
:
a.
Jahm
bin shafwan
Sebagai seorang
penganut dan penyebar faham jabariyah , banyak usaha yang di lakukan jahm yang
terbesar ke berbagai tempat, seperti ke tirmidz dan balk.
Beberapa pendapat jahm yang
berkaitan dengan persoalan teologi adalah :





b.
ja’d
bin dirhamIa adalah seorang hamba dari
bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu
khalid bin Abdullah El-Qasri
Doktrin pokok
ja’d secara umum sama dengan pikiran jahm al-ghurabi sebagai berikut:



Berbeda
dengan jabariyah ekstrim, jabariyah moderat mengatakan bahwa tuhan memeng
menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi Manusia
mempunyai bagian di dalam nya.Tenaga yang di ciptakan dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan nya.
Menurut faham kasab, manusia tidak
lah majbur(di paksa oleh tuhan), tidak seperti wayang yang di kendalikan oleh
dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh
perbuatan yang di ciptakan nya.
Yang
termasuk tokoh jabariyah moderat yaitu sebagai berikut:

Salah satu pendapat-pendapat nya adalah :
-
Tuhan tidak dapat di lihat di akhirat
.akan tetapi tuhan dapat saja memindahkan potensi hati(ma’rifat) pada mata
sehingga manusia dapat melihat tuhan.

Pendapat nya tentang perbuatan
manusia yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang di kendalikan
oleh dalang , manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan nya tidak
semata-mata di paksa dalam melakukan perbuatan nya.
Secara tegas, dhirar mengatakan bahwa
suatu perbuatan dapat di timbulkan oleh 2 pelaku secara bersamaan, arti nya
perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia
itu sendiri . manusia turut berperan dlam mewujudkan perbuatan-perbuatan nya.
Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat,
dhirar mengatakan bahwa tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera ke enam,
ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat di terima setelah nabi adalah
ijtihad.
SEJARAH
KEMUNCULAN ALIRAN JABARIYAH
Mengenai asal usul serta akar kemunculan aliran
Jabariyah ini tidak lepas dari beberapa faktor. Antara lain :
1.
Faktor
Politik
Pendapat Jabariah
diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yakni di masa keadaan
keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan
bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah.
Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain
politik yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa
pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah
berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata"
dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Golongan
Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya golongan
Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin
Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang mula-mula
mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun, semua
perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah
dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai
kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama
mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut
sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan
meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari
adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat).Meskipun kaum
Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap
dilestarikan.Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut
dan mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan
Mu'tazilah paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i
menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide
itulah sebabnya kaum Mu'tazilah dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut Qadariyah karena mereka
mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap adanya takdir, dan
menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa adanya
intervensi Allah.Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan
mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan
pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di
hari kiamat.
Berkaitan dengan
hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah
Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah
berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena
terpaksa).Kalau kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.
1.
Faktor Geografi
Para ahli
sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa Arab.
Kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan
pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam
sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.
Situasi demikian, bangsa Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan
sekeliling mereka sesuai dengan keingianan mereka sendiri.Mereka merasa lemah
dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya, mereka banyak bergantung
kepada sikap Fatalisme.
CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH
Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah
adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai
kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau
baik semata Allah semata yang menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui
sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa
harus dilafadhkan.
5. Bahwa Allah tidak mempunyai
sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak
kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan
abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat
di surga oleh penduduk surga.
8.
Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah
B.
QADARIYAH
Qadariyah berakar pada qadara yang
dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan, sedangkan
sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah
satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia
dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia
dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qdar atau
pada Tuhan.
Tokoh pemikir pertama kali yang
menyatakan paham Qadariyah adalah Ma'bad al-Jauhani.Yang kemudian diikuti oleh
Gailan al-Damasyqi.Sementara itu Ibnu Nabatah sebagaimana dikemukakan oleh
Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu pertama kali muncul dari
seorang asal Irak yang mengaut Kristen lagi.Dari tokoh inilah Ma'bad al-Jauhani
dan Ghailan al-Damasyqi menerima paham Qadariyah.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah
sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan
perbuatannya.Manusia dinilai mempunyi kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya
sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.Dalam menentukan keputusan
yang menyangkut perbuatannya sendiri, menuasialah yang menetukan tenpa ada
campur tangan Tuhan.
Penjelasan yang lebih menyatakan
bahwa manusia mempunyai quradah lebih lanjut dijelaskan oleh Ali Musthafa
al-Ghurabi antara lain menyatakan "Bahwa sesungguhnya Allah telah
menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksankan apa
yang dibebenkan Tuhan kepadanya. Karena jika Allah memberikan kekuatan kepada
manusia, namun Ia tidak memberi kekuatan kepada manusia, maka beben itu adalah
sia-sia, sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah adalah sesuatu hal yang tidak
boleh terjadi".
Pemahaman tentang Qadariyah ini
jangan dikacaukan dengan pemahaman tentang sifat al-Quradat yang dimiliki oleh
Allah, karena pemahaman terhadap sifat al-Qur'an ini lebih ditujukan kepada
upaya ma'rifat kepada Allah.Sedangkan paham Qadariyah lebih ditujukan kepada qudrat
yang dimiliki manusia.Namun terdapat perbedaan antara quradat yang dimiliki
manusia dengan quradat yang dimiliki Tuhan.Quradat Tuhan adalah bersifat abadi,
kekal, berbeda pada Dzat Allah, tunggal.Tidak terbilang dan berhubungan dengan
segala yang dijadikan objek kekuatan (al-Maqdurat).Serta tidak berakhir dalam
hubungannya dengan Dzat.Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses,
bertambah dan berkurang, dapat hilang.
Dengan demikian paham Qadariyah di
samping berbeda dengan paham tentang sifat quradat Allah, juga berbeda dengan
pemahaman takdir yang umumnya dipahami masyarakat, yaitu paham yang berpendapat
bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu sejak azali.Dan bahwa
manusia dalam perbuatannya hanya bertindak manurut nasib yang telah ditentukan
oleh Tuhan terhadap dirinya.
Selanjuatnya
terlepas apakah paham Qadariyah itu dipengaruhi oleh paham dari luar atau
tidak, yang jelas di dalam al-Qur'an dapat dijumpai ayat-ayat yang dapat
menimbulkan paham Qadariyah sebagaimana disebutkan di atas:
إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتىَّ يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu bangsa kecuali jika bangsa itu mengubah
keadaan diri meraka sendiri"
Dengan demikian paham qadariyah
memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian
orang menilai paham ini sesat atau keluar dari Islam
Menurut ahmad amin sebutan ini di
berikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk
hadist yang menimbulkan kesan negatif. Tokoh dan Ajaran dalam Aliran Qadariyah
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tokoh yang pertama kali memunculkan faham
qadariyah dalam Islam adalah Ma’bad Al-Jauhani dan temannya Ghailan
Al-Dimasyqy.
1. Ma’bad
Al-Jauhani
Menurut
Al-Zahabi dalam kitabnya Mizan al-I’tidal, yang dikutip Ahmad Amin dalam
Sirajuddin Zar, menerangkan bahwa ia adalah tabi’in yang dapat dipercaya,
tetapi ia memberikan contoh yang tidak baik dan mengatakan tentang qadar. Lalu
ia dibunuh oleh al-Hajjaj karena ia memberontak bersama Ibnu al-Asy’as.
Tampaknya disini ia dibunuh karena soal politik, meskipun kebanyakan mengatakan bahwa terbunuhnya karena soal
zindik. Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri, dan banyak
penduduk Basrah yang mengikuti alirannya .
2. Ghailan Ibnu Muslim Al-Damasyqy
Sepeninggal
Ma’bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan.
Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar menjelaskan bahwa Ghailan
adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Haris
Ibnu Sa’id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah taubat terhadap pengertian
faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia
kembali lagi dengan mazhabnya .Ia akhirnya mati dihukum bunuh oleh Hisyam ‘Abd
al-Malik (724-743). Sebelum dijatuhi hukuman bunuh diadakan perdebatan antara
Ghailan dan al-Awza’i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri .
Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, menurut Harun Nasution, nama qadariyah adalah
sebutan bagi kaum yang mengingkari qadar, yang mendustakan bahwa segala sesuatu
sudah ditakdirkan oleh Allah. Nama qadariyah bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan .
Dalam
ajarannya, aliran qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat
menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan
kehendaknya itu.Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya
sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.
Penjelasan
yang menyatakan bahwa manusia mempunyai qudrah lebih lanjut dijelaskan oleh
‘Ali Musthafha al-Ghurabi antara lain menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah
menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa
yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah memberi beban kepada
manusia, namun Ia tidak memberikan kekuatan, maka beban itu adalah sia-sia,
sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi
.
Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa faham qadariyah telah meletakkan manusia
pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika manusia
berbuat baik maka hal itu adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri serta
berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan memilih yang ia miliki. Oleh karena itu
jika seseorang diberi ganjaran yang baik berupa surga di akhirat, atau diberi
siksaan di neraka, maka semua itu adalah atas pilihannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Paham
Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan
penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan
perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-Jauhani.
Dalam ajarannya,
aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam
gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyi kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.
2.
Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari
hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT.
Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham
aliran Jabariyah ini menganut paham
bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.
Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu
dalam keadaan terpaksa.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar Mahasiswa dapat
lebih mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam.Dan bahwasanya setiap
paham itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan
nantinya kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu
semata-mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an.
DAFTAR PUSTAKA
1.
DR.
Abdul rozak, M.Ag . Pustaka setia.(ILMU KALAM)
2. Rosihon Anwar, dkk, 2006, Ilmu
Kalam, Bandung: Pustaka Setia
0 Komentar