Makalah Jabariah Dan Qadariah (Perbandingan Ajaran dan Pemahaman)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kami dan seijin_Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman teman yang telah memberikan saran dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU KALAM untuk bahan diskusi, tahun ajaran 2012/2013

Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan kekurangannya, dan kami sangat berbesar hati dan berlapang dada sekali apabila ibu dosen pembimbing, teman teman serta para pembecara untuk memberikan saran dan keritiknya.

Sekian terima kasih.

 

                                                                              Sungai Penuh, 29 OKT 2012

 

                                                                                     Penulis

                                                                                              Kelompok







DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................ 1
Daftar Isi....................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................... 4
A. JABARIYAH.......................................................................................................... 4
1.Asal usul pertumbuhan jabariyah........................................................................... 4
2.Para pemuka dan doktrin-doktrin jabariyah........................................................ 6
B. QADARIYAH……………………………………………………………………11
BAB III
PENUTUP................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16









BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang dianut oleh masyarakat kita.Semua itu terjadi bukan karena beragamnya Islam sendiri tapi beragamnya pengertian Islam dari berbagai penganutnya.
Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membela apa yang mereka yakini. Tak ayal sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut paham lainnya.
Pengetahuan tentang paham-paham yang beredar di Indonesia unumnya ataupun sekeliling kita.Khususnya, haruslah kita mampu mengetahuinya bukan untuk mengendorkan iman kita tapi untuk menambah iman kita.
Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan kataqwaan yang mampu menyelamatkan kita dan mampu membawa kita bertemu dengan Dzat yang selalu kita harapkan untuk bertemu dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dinamakan paham Qodariyah dan bagaimankah pemikiran teologinya
2. Apakah yang dinamakan paham jabariyah dan bagaimanakah pemikiran teologinya

C. Tujuan
1.                  Dapat memahami paham Qodariyah dan menyebutkan pemikiran teologinya.
2.                  Dapat memahami paham Jabariyah dan menyebutkan pemikiran teologinya.



BAB II
PEMBAHASAN
JABARIYAH DAN QADARIAH

A.             JABARIAH
1.               Asal usul pertumbuhan jabariah

Kata jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Di dalam  al-munjid, Di jelaskan bahwa nama  jabaryiah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksadan mengharuskan nya melakukan sesuatu.
Kata jabara (Bentuk pertama), setelah di tarik menjadi jabariyah (Dengan menambah ya nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran.
Dalam Bahasa inggris ,jabariyahdisebut fatalism yaitu paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah di tentukan dari semula oleh qadha dan qadhar Tuhan.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai asal-usul kemunculan dan perkembangan jabariyah , perlu di jelaskan mengenai orang yang melahirkan dan menyebarluaskan faham al-jabar  dan dalam situasi apa saja faham ini muncul.
Faham Al-jabar pertma kali di perkenalkan oleh ja’d bin dirham. Kemudian di sebarkan oleh jahm bin shafwan dari khurasan.faham al-jabar ini di kembangkan oleh tokoh lain nya di antara nya alhusein bin Muhammad , an-najar, dan ja’d bin dirrar.
Mengenai kemunculan faham al-jabar ini, para ahli sejarah pikiran mengkaji nya melalui pendekatan geokultural bangsa arab. Di antara ahli yang di maksud ialah ahmad amin.
Ia menggambarkan bahwa kehidupan bangsa arab yang di kungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka, ketergantungan mereka kepada alam sahara memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam.
Lebih lanjut harun nasution , menjelaskan bahwa dalam situasi demikian, masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling meeka sesuai dengan keinginan nya sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran hidup.Akhir nya, mereka banyak bergantung pada kehendak alam.
Sebenar nya benih-benih faham al-jabarsudah muncul jauh sebelum kedua tokoh di atas, benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini :

a.                Suatu ketika nabi menjumpai sahabat nya, yang sedang bertengkar dalam masalah takdir tuhan .nabi melarang mereka untuk memperdebatkan masalah tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat tuhan mengenai takdir.
b.               Khalifah umar bin khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika di interogasi, pencuri berkata : “Tuhan telah menentukan aku mencuri”. Mendengar ucapan itu, umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan.
c.                 Oleh karena itu, umar memberikan 2 jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan karena mencuri. Kedua, hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan.

Paparan di atas menunjukkan bahwa bibit faham al-jabar telah muncul sejak awal periode islam.namun al-jabar sebagai suatu pola pikir atau aliran yang di anut, di pelajari dan di kembangkan , baru terjadi pada masa pemerintahan daulah bani umayyah, yakni oleh kedua tokoh yang telah di sebutkan di atas.

Berkaitan dengan kemunculan aliaran jabariyah ada yang mengatakan bahwa kemunculan nya di akibt kan oleh pengaruh pemikiran orang asing, yaitu pengaruh agama yahudi. Dan agam Kristen. Namun pengaruh asing itu faham al-jabar  akan muncul juga di kalangan umat islam. Di dalam al-quran sendiri terdapat ayat yang menimbulkan faham ini, missal nya :

ª!$#urö/ä3s)n=s{$tBurtbqè=yJ÷ès?ÇÒÏÈ
96.  Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".




$tBurtbrâä!$t±n@HwÎ)br&uä!$t±oª!$#4¨bÎ)©!$#tb%x.$¸JŠÎ=tã$VJÅ3ymÇÌÉÈ
30.  Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.


öNn=sùöNèdqè=çFø)s? ÆÅ3»s9ur©!$#óOßgn=tGs%4$tBur|MøtBuøŒÎ)|MøtBu ÆÅ3»s9ur©!$#4tGu4uÍ?ö7ãŠÏ9uršúüÏZÏB÷sßJø9$#çm÷ZÏB¹äIxt/$·Z|¡ym4žcÎ)©!$#ììÏJyÒOŠÎ=tæÇÊÐÈ
17.  Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik.Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

2.                  Para pemuka jabariyah dan doktrin-doktrin nya
Menurut asy-syahratsani , jabariyah dapat di kelompok kan menjadi dua bagian.
*                  Ekstrim
*                  Moderat

Doktrin jabariyah ekstrim adalah pendapat nya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauan nya sendiri, tetapi perbuatan yang di paksakan atas diri nya.

Di antara pemuka jabariyah ekstrim adalah sebagai berikut :

a.                   Jahm bin shafwan
Sebagai seorang penganut dan penyebar faham jabariyah , banyak usaha yang di lakukan jahm yang terbesar ke berbagai tempat, seperti ke tirmidz dan balk.
Beberapa pendapat jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah :
*                  Manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
*                  Surge dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain Tuhan.
*                  Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal sebelum pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-soal metafisika dan ba'ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti. Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
*                  Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu iman itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya.
*                  Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai satu zat atau sesuatu yang hidpu atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan Qadir/kuasa, Pencipta, Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu hanya tertentu untuk Allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.

b.                  ja’d bin  dirhamIa adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri
Doktrin pokok  ja’d secara umum sama dengan pikiran jahm al-ghurabi sebagai berikut:
*                  AL-quran adalah makhluk. Oleh karena itu , dia baru . sesuatu yang baru bias di sifatkan kepada Allah.
*                  Allah tidak mmpunyai sifat yang serupa dengan makhuk, seperti berbicara, melihat  dan mendengar.
*                  Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-gala nya.

Berbeda dengan jabariyah ekstrim, jabariyah moderat mengatakan bahwa tuhan memeng menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi Manusia mempunyai bagian di dalam nya.Tenaga yang di ciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan nya.
            Menurut faham kasab, manusia tidak lah majbur(di paksa oleh tuhan), tidak seperti wayang yang di kendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang di ciptakan nya.
Yang termasuk tokoh jabariyah moderat yaitu sebagai berikut:
*                  An-najjar
Salah satu  pendapat-pendapat nya adalah :
-                      Tuhan tidak dapat di lihat di akhirat .akan tetapi tuhan dapat saja memindahkan potensi hati(ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihat tuhan.
*                  Adh-dhirar
Pendapat nya tentang perbuatan manusia yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang di kendalikan oleh dalang , manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatan nya tidak semata-mata di paksa dalam melakukan perbuatan nya.
         Secara tegas, dhirar mengatakan bahwa suatu perbuatan dapat di timbulkan oleh 2 pelaku secara bersamaan, arti nya perbuatan manusia tidak hanya di timbulkan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia itu sendiri . manusia turut berperan dlam mewujudkan perbuatan-perbuatan nya.
        Mengenai ru’yat Tuhan di akhirat, dhirar mengatakan bahwa tuhan dapat dilihat di akhirat melalui indera ke enam, ia juga berpendapat bahwa hujjah yang dapat di terima setelah nabi adalah ijtihad.








SEJARAH KEMUNCULAN ALIRAN JABARIYAH

Mengenai asal usul serta akar kemunculan aliran Jabariyah ini tidak lepas dari beberapa faktor. Antara lain :

1.         Faktor Politik

Pendapat Jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyah (660-750 M). Yakni di masa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah berdasarkan "Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata" dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun, semua perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat).Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan.Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu'tazilah paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum Mu'tazilah dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap adanya takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa adanya intervensi Allah.Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di hari kiamat.
Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena terpaksa).Kalau kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.

1.                  Faktor Geografi

Para ahli sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa Arab. Kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Situasi demikian, bangsa Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keingianan mereka sendiri.Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup.Akhirnya, mereka banyak bergantung kepada sikap Fatalisme.

 CIRI-CIRI AJARAN JABARIYAH

Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah

B.        QADARIYAH

            Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qdar atau pada Tuhan.
            Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham Qadariyah adalah Ma'bad al-Jauhani.Yang kemudian diikuti oleh Gailan al-Damasyqi.Sementara itu Ibnu Nabatah sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu pertama kali muncul dari seorang asal Irak yang mengaut Kristen lagi.Dari tokoh inilah Ma'bad al-Jauhani dan Ghailan al-Damasyqi menerima paham Qadariyah.
            Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyi kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya sendiri, menuasialah yang menetukan tenpa ada campur tangan Tuhan.
            Penjelasan yang lebih menyatakan bahwa manusia mempunyai quradah lebih lanjut dijelaskan oleh Ali Musthafa al-Ghurabi antara lain menyatakan "Bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksankan apa yang dibebenkan Tuhan kepadanya. Karena jika Allah memberikan kekuatan kepada manusia, namun Ia tidak memberi kekuatan kepada manusia, maka beben itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah adalah sesuatu hal yang tidak boleh terjadi".
            Pemahaman tentang Qadariyah ini jangan dikacaukan dengan pemahaman tentang sifat al-Quradat yang dimiliki oleh Allah, karena pemahaman terhadap sifat al-Qur'an ini lebih ditujukan kepada upaya ma'rifat kepada Allah.Sedangkan paham Qadariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki manusia.Namun terdapat perbedaan antara quradat yang dimiliki manusia dengan quradat yang dimiliki Tuhan.Quradat Tuhan adalah bersifat abadi, kekal, berbeda pada Dzat Allah, tunggal.Tidak terbilang dan berhubungan dengan segala yang dijadikan objek kekuatan (al-Maqdurat).Serta tidak berakhir dalam hubungannya dengan Dzat.Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan berkurang, dapat hilang.
            Dengan demikian paham Qadariyah di samping berbeda dengan paham tentang sifat quradat Allah, juga berbeda dengan pemahaman takdir yang umumnya dipahami masyarakat, yaitu paham yang berpendapat bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu sejak azali.Dan bahwa manusia dalam perbuatannya hanya bertindak manurut nasib yang telah ditentukan oleh Tuhan terhadap dirinya.
Selanjuatnya terlepas apakah paham Qadariyah itu dipengaruhi oleh paham dari luar atau tidak, yang jelas di dalam al-Qur'an dapat dijumpai ayat-ayat yang dapat menimbulkan paham Qadariyah sebagaimana disebutkan di atas:

إِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتىَّ يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu bangsa kecuali jika bangsa itu mengubah keadaan diri meraka sendiri"

            Dengan demikian paham qadariyah memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang menilai paham ini sesat atau keluar dari Islam
            Menurut ahmad amin sebutan ini di berikan kepada para pengikut faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadist yang menimbulkan kesan negatif. Tokoh dan Ajaran dalam Aliran Qadariyah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tokoh yang pertama kali memunculkan faham qadariyah dalam Islam adalah Ma’bad Al-Jauhani dan temannya Ghailan Al-Dimasyqy.

1. Ma’bad Al-Jauhani
Menurut Al-Zahabi dalam kitabnya Mizan al-I’tidal, yang dikutip Ahmad Amin dalam Sirajuddin Zar, menerangkan bahwa ia adalah tabi’in yang dapat dipercaya, tetapi ia memberikan contoh yang tidak baik dan mengatakan tentang qadar. Lalu ia dibunuh oleh al-Hajjaj karena ia memberontak bersama Ibnu al-Asy’as. Tampaknya disini ia dibunuh karena soal politik, meskipun kebanyakan mengatakan bahwa terbunuhnya karena soal zindik. Ma’bad Al-Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri, dan banyak penduduk Basrah yang mengikuti alirannya .

2. Ghailan Ibnu Muslim Al-Damasyqy
            Sepeninggal Ma’bad, Ghailan Ibnu Muslim al-dimasyqy yang dikenal juga dengan Abu Marwan. Menurut Khairuddin al-Zarkali dalam Sirajuddin Zar menjelaskan bahwa Ghailan adalah seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Haris Ibnu Sa’id yang dikenal sebagai pendusta. Ia pernah taubat terhadap pengertian faham qadariyahnya dihadapan Umar Ibnu Abdul Aziz, namun setelah Umar wafat ia kembali lagi dengan mazhabnya .Ia akhirnya mati dihukum bunuh oleh Hisyam ‘Abd al-Malik (724-743). Sebelum dijatuhi hukuman bunuh diadakan perdebatan antara Ghailan dan al-Awza’i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri .

            Seperti telah dijelaskan sebelumnya, menurut Harun Nasution, nama qadariyah adalah sebutan bagi kaum yang mengingkari qadar, yang mendustakan bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah. Nama qadariyah bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan .

            Dalam ajarannya, aliran qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu.Dalam menentukan keputusan yang menyangkut perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.

            Penjelasan yang menyatakan bahwa manusia mempunyai qudrah lebih lanjut dijelaskan oleh ‘Ali Musthafha al-Ghurabi antara lain menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa yang dibebankan oleh Tuhan kepadanya, karena jika Allah memberi beban kepada manusia, namun Ia tidak memberikan kekuatan, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-siaan itu bagi Allah adalah suatu hal yang tidak boleh terjadi
            . Dengan demikin dapat disimpulkan bahwa faham qadariyah telah meletakkan manusia pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika manusia berbuat baik maka hal itu adalah atas kehendak dan kemauannya sendiri serta berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan memilih yang ia miliki. Oleh karena itu jika seseorang diberi ganjaran yang baik berupa surga di akhirat, atau diberi siksaan di neraka, maka semua itu adalah atas pilihannya sendiri.

























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.         Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-Jauhani.
Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.Manusia dinilai mempunyi kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya itu.
2.                  Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham
aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan agar Mahasiswa dapat lebih mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam.Dan bahwasanya setiap paham itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan nantinya kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an.






DAFTAR PUSTAKA

1.    DR. Abdul rozak, M.Ag . Pustaka setia.(ILMU KALAM)
2.    Rosihon Anwar, dkk, 2006, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia
3.    internet

0 Komentar